Friday, February 29, 2008

Bangkitnya Perpustakaan Sekolah Muhammadiyah

Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan menempati posisi yang sangat strategis dan vital dalam rangka mengembangan potensi keilmuan para siswa. Selain itu juga dengan adanya perpustakaan diharapkan budaya baca dan diskusi ilmiah para siswa meningkat sehingga sirkulasi dan pengembangan informasi pengetahuan yang dimiliki masing-masing siswa dapat berjalan.
Namun pada relitasnya saat ini, perpustakaan sekolah baik itu negeri maupun swasta belum mampu berperan sebagai halnya di atas. Karena perpustakaan yang ada masih sangat memprihatinkan kondisinya. Ini akibat kurangnya perhatiaan dari para penentu kebijakan khususnya kepala sekolah dan komite sekolah. Minimnya angaaran dana pengembangan perpustakaan, rendahnya kualitas SDM pengelolanya menyebabkan fungsi dan peran perpustakaan belum ataupun bahkan tidak maksimal sama sekali.
Muhammadiyah sebagai organisasi dakawah yang salah satu fokusnya pada dunia pendidikan terbukti dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang berdiri ternyata belum juga secara maksimal memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat untuk mencari dan mengembangkan pengetahuan. Dari data yang berhasil didapatkan oleh HIMPUSMA mengenai kondisi perpustakaan sekolah Muhammadiyah dilingkungan Kota Yogyakarta ditengarai hanya ada sekitar 40 % sekolah Muhammadiyah yang memiliki tenaga khusus untuk perpustakaan. Sementara sekolah yang memiliki petugas perpustakaan dengan latarbelakang pendidikan perpustakaan tidak lebih dari 25 %. Selain itu juga prasarana dan sarana yang kurang memadai misalkan saja ruangan, jumlah koleksi menjadikan perpustakaan yang ada di sekolah Muhammadiyah benar-benar tidak mempunyai peran sama sekali untuk pengembangan budaya baca dan diskusi para siswa.
Tentunya hal tersebut menjadi persoalan yang sangat serius dan mendasar sehingga memerlukan penanganan yang khusus dan serius oleh semua elemen civitas sekolah. Oleh karena itu pada tanggal 23-24 Februari 2008 Himpunan Pengelola Perpustakaan Sekolah Muhammadiyah (HIMPUSMA) bersama Lembaga Pustaka Informasi PDM Kota dan PWM DIY mengadakan suatu bentuk pelatihan tingkat dasar bagi para pengelola perpustakaan SMP dan SMA Muhammadiyah se-DIY. Pelatihan yang bertempat di SMA Muhammadiyah 2 ini mendapat respon yang sangat besar dari sekolah-sekolah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta. Ini dibuktikan dengan melebihinya kuota yang telah ditargetkan. Disamping itu selain dari pengelola perpustakaan sekolah, peserta pelatihan ini berasal dari pengelola perpustakaan masjid Muhammadiyah yang ada di DIY.
Ada beberapa tujuan dan target dari kegiatan pelatihan ini, tutur Subkhi selaku ketua panitia. Diantaranya, pertama meningkatkan kualitas SDM pengelola perpustakaan sekolah Muhammadiyah, kedua terbekalinya pengelola perpustakaan sekolah Muhammadiyah akan pengetahuan tentang bagaimana mengelola dan mengembangkan perpustakaan sekolah, ketiga menjadikan pengelola perpustakaan sekolah lebih bersemangat lagi dalam mengelola perpustakaan secara profesional.
Sebelum pelatihan di mulai, terlebih dahulu diadakan Stadium General (SG) yang mengangkat tema “UU Perpustakaan dan Urgensi Pengembangan Manajemen Perpustakaan Muhammadiyah dalam Menghadapi Era Informasi”. Dalam SG ini, Drs. Sugito M.Si selaku salah satu pembicara mengutip isi dari UU PERPUSTAKAAN menegaskan bahwa alokasi dana untuk perpustakaan sekolah adalah 5% dari RAPBS. Dan juga struktur dari perpustakaan sekolah adalah berada langsung dibawah Kepala Sekolah selaku penentu kebijakaan. Berbeda dengan pembicara pertama yang lebih menyoroti UU, Lasa HS sebagai pustakawan UGM dan anggota LPI PP Muhammadiyah mengatakan dalam acara tersebut bahwasanya yang harus dilakukan Muhammadiyah adalah melakukan standarisasi perpustakaan sekolah Muhammadiyah. Ini beliau tegaskan karena pertama, selama ini sekolah Muhammadiyah belum cukup mampu mengembangkan perpustakaannya sebagai tempat sumber Ilmu pengetahuan. Kedua, Perpustakaan yang ada di sekolah Muhammadiyah kebanyakan dalam kondisi yang memprihatinkan terbukti dengan minimnya sarana dan prasarana yang diberikan lepada perpustakaan. Ketiga, anggaran pengembangan perpustakaan sekolah yang seharusnya 5 % dari RAPBS belum terealisasikan. Keempat, tidak ada atau minimnya pustakawan yang dimiliki oleh Muhammadiyah ataupun sekolah Muhammadiyah. Diakhir dari pelatihan yang bertemakan ” Songsong Era Informasi degan Peningkatan Profesionalisme Pengelola Perpustakaan Sekolah Muhammadiyah” ini, membuat suatu rekomendasi-rekomendasi untuk pengembangan perpustakaan sekolah. Salah satu rekomendasi yang muncul adalah diadakannya lokakarya pengembangan perpustakaan yang pesertanya kepala sekolah dan pengelola perpustakaan. Sehingga diharapkan dari hasil lokakarya ini berupa suatu kesepakatan bersama untuk mengembangkan perpustakaan.